

hmm....
ngomongin soal perasaan ya...saya gak terlalu pinter mendeskripsikan soal rasa
jujur,selama ini selalu dengan sukses rasa yang menghampiri hati saya babat habis
tanpa sisa, walau perih tapi itu hanya sebentar.
Dan memang benar, ibarat tembok jika dilempari dengan lumpur, walaupun tak akan runtuh tapi pasti akan ada bekas lumpur yang membuatnya tak lagi bersih....
dan itu terjadi pada saya
awalnya mati-matian saya tolak rasa yang datang menyapa, rasa yang ditawarkan untuk sekedar singgah di hati, untuk berkenalan lebih dekat lagi
God, Engkau tahu benar apa yang kurasa
bukan apa-apa, hanya saja dia berbeda, tak seperti adam-adam lain yang menawarkan rasa tanpa pesan, tanpa peran, hanya berupa clue samar..
adam yang satu ini terlalu ekpresif, katakanlah begitu...
awalnya saya jengah, adam sedewasa dia masih bisa merengek manja pada saya, masih bisa menyembunyikan raut mukanya yang tersipu, terselamatkan oleh buku yang dia bawa satu ketika saat berpapasan dengan saya.
selalu mencari saya dan menanyakannya pada orang-orang di sekitar saya jika dia tak menjumpai saya.
atau memperlihatkan kecemburuannya jika ada adam lain yang bercengkrama dengan saya,
amat sangat ekspresif memang....
Entahlah, lama-kelamaan saya terbawa suasana...mulai ada rasa yang aneh di dalam dada
merasa amat sangat nyaman saat bertukar kabar dengannya..
dia tau cara memperlakukan seorang wanita seperti saya...
hanya dari potongan-potongan percakapan yang terangkai
saya merasa nyaman
Atau mungkin itu suatu hal yang memang sedang saya kondisikan
belajar menata hati, mencoba berdamai dengannya....
dengan membiarkan pintunya tak lagi rapat sepenuhnya
walau masih ada kunci rahasia yang sewaktu-waktu bisa menutupnya kembali
entah apakah dia bisa menjadi pemegang kunci untuk membuka sepenuhnya
mencoba berdamai dengan hati
membiarkan rasa itu tumbuh sewajar mungkin
Kelanjutannya?
ahh, entahlah belum saya pikirkan
nikmati saja rasa yang ada...........


