Sunday, June 12, 2011

Belajar Berdamai dengan Hati



hmm....
ngomongin soal perasaan ya...saya gak terlalu pinter mendeskripsikan soal rasa
jujur,selama ini selalu dengan sukses rasa yang menghampiri hati saya babat habis
tanpa sisa, walau perih tapi itu hanya sebentar.

Dan memang benar, ibarat tembok jika dilempari dengan lumpur, walaupun tak akan runtuh tapi pasti akan ada bekas lumpur yang membuatnya tak lagi bersih....
dan itu terjadi pada saya
awalnya mati-matian saya tolak rasa yang datang menyapa, rasa yang ditawarkan untuk sekedar singgah di hati, untuk berkenalan lebih dekat lagi
God, Engkau tahu benar apa yang kurasa
bukan apa-apa, hanya saja dia berbeda, tak seperti adam-adam lain yang menawarkan rasa tanpa pesan, tanpa peran, hanya berupa clue samar..
adam yang satu ini terlalu ekpresif, katakanlah begitu...
awalnya saya jengah, adam sedewasa dia masih bisa merengek manja pada saya, masih bisa menyembunyikan raut mukanya yang tersipu, terselamatkan oleh buku yang dia bawa satu ketika saat berpapasan dengan saya.
selalu mencari saya dan menanyakannya pada orang-orang di sekitar saya jika dia tak menjumpai saya.
atau memperlihatkan kecemburuannya jika ada adam lain yang bercengkrama dengan saya,
amat sangat ekspresif memang....

Entahlah, lama-kelamaan saya terbawa suasana...mulai ada rasa yang aneh di dalam dada
merasa amat sangat nyaman saat bertukar kabar dengannya..
dia tau cara memperlakukan seorang wanita seperti saya...
hanya dari potongan-potongan percakapan yang terangkai
saya merasa nyaman

Atau mungkin itu suatu hal yang memang sedang saya kondisikan
belajar menata hati, mencoba berdamai dengannya....
dengan membiarkan pintunya tak lagi rapat sepenuhnya
walau masih ada kunci rahasia yang sewaktu-waktu bisa menutupnya kembali
entah apakah dia bisa menjadi pemegang kunci untuk membuka sepenuhnya
mencoba berdamai dengan hati
membiarkan rasa itu tumbuh sewajar mungkin

Kelanjutannya?
ahh, entahlah belum saya pikirkan
nikmati saja rasa yang ada...........



Thursday, June 2, 2011


Masih saja, terkadang hujan menemani malamku
dalam sepi yang semakin menggelayut
merindukanmu, merindukannya...
entah siapapun kamu

aku sadar, sesadar-sadarnya tak baik terus mengingatnya
orang yang telah memberiku hujan di malam-malam sebelumnya
kamu harus percaya,
tak lagi aku mencari tau tentangnya
walau penasaran selalu menggelitik tanganku untuk menuliskan namanya di jejaring sosial itu
aku bertahan dengan rasa
tak akan ku biarkan aku menyerah

untuk siapa?
untuk kamu...iyaaa...kamu.....
kamu yang menciptakan hujan di malam-malamku akhir-akhir ini
kamu yang telah berhasil menyampaikan bulir-bulir rindu yang mendadak melesak di hati
entah siapapun kamu
aku bahkan belum mengenalmu
mungkin....
atau aku sudah mengenalmu
just give me a sign
karena telepatimu sudah tersampaikan oleh angin padaku